KEGIATAN RUTIN BUDAYA LITERASI SDN 51 RITE KOTA BIMA

MEMBANGUN BUDAYA LITERASI SEJAK SEKOLAH DASAR.




Secara sederhana, literasi didefinisikan sebagai keterampilan kognitif dalam membaca dan menulis.  Banyak dampak dari rendahnya budaya literasi, beberapa diantaranya yaitu kurangnya pengetahuan, tingginya angka putus sekolah, rendahnya produktivitas kerja dan rentannya seseorang dalam menyikapi informasi.

            Ketika seorang anak sedang belajar mengeja, maka yang sedang dilakukannya bukan sekedar belajar membaca, melainkan juga sedang membangun sebuah fondasi pemikiran. Dari belajar mengeja, suatu saat anak itu akan memiliki keterampilan membaca dan menulis. Keterampilan membaca dan menulis akan mengantarkannya memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, memecahkan masalah dan menciptakan karya.

Tantangan terbesar dalam membangun budaya literasi di era digital ini adalah kuatnya budaya visual. Situasi ini berbeda dengan tahun 1990-an di mana anak-anak dan remaja terbiasa menulis dan membaca, mulai dari membuat surat, menulis buku harian, membuat cerpen, menciptakan puisi atau membaca komik. Beberapa perpustakaan melihat masalah ini dan mulai mengadaptasi pola buku digital untuk menarik minat baca. Beberapa perpustakaan juga ada yang menerapkan pola hibrida dengan menyediakan buku cetak (hardcopy) dan sekaligus buku elektronik, seperti yang terdapat di beberapa perpustakaan di sekolah dan perguruan tinggi.

            Melalui kegiatan membaca dan menulis kita bisa melihat dunia. Maka mari tumbuhkan minat baca pada diri kita dan anak-anak sejak dini, agar kita bisa melihat dunia lebih seksama. #AyoBerubah #MembacaItuBaik #GerakanLiterasiNasional

 

Kegiatan Literasi di SDN 51 Rite telah dilaksakan  rutin selama 3 tahun Terakhir yakni setiap hari Kamis tiap minggunya. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kebiasaan membaca siswa di pagi hari sebelum memulai pembelajaran. Dalam kegiatan rutin ini ada banyak sekali kegiatan-kegiatan lainnya, seperti siswa mempelajari cara menggunakan rimpu (pakaian khas Mbojo) untuk siswa perempuan, dan cara memakai Sambolo dan Katente Tembe untuk siswa laki-laki.. Pada jadwal kegiatan memakai rimpu ini siswa sangat bersemangat dalam mengikutinya, mereka seragam membawa  sarung tembe Nggoli yang dipakai langsung dari rumah.  Setelah Praktek  menggunakan pakaian rimpu, siswa melanjutkan dengan membaca “Pantu Mbojo” atau Pantun Khas Daerah Bima oleh masing-masing siswa yang di bimbing oleh guru yang bertugas. Admin